Di masa lampau, wanita masih sangat terikat dengan nilai-nilai
tradisional yang mengakar di tengah-tengah masyarakat. Sehingga jika ada
wanita yang berkarir untuk mengembangkan keahliannya di luar rumah,
maka mereka dianggap telah melanggar tradisi sehingga mereka dikucilkan
dari pergaulan masyarakat dan lingkungannya. Dengan demikian mereka
kurang mendapat kesempatan untuk mengembangkan diri di tengah-tengah
masyarakat.
Sejalan dengan perkembangan zaman, kaum wanita dewasa ini khususnya
mereka yang tinggal di kota-kota besar cenderung untuk berperan ganda
bahkan ada yang multi fungsional karena mereka telah mendapat kesempatan
yang seluas-luasnya untuk mengembangkan diri sehingga jabatan dan
pekerjaan penting di dalam masyarakat tidak lagi dimonopoli oleh kaum
laki-laki. Sudah tentu hal itu akan berdampak terhadap sendi-sendi
kehidupan sosial, baik positif maupun negatif.
A. Dampak Positif
1. Terhadap Kondisi Ekonomi Keluarga
Dalam kehidupan manusia kebutuhan ekonomi merupakan kebutuhan primer
yang dapat menunjang kebutuhan yang lainnya. Kesejahteraan manusia dapat
tercipta manakala kehidupannya ditunjang dengan perekonomian yang baik
pula.
Dengan berkarir, seorang wanita tentu saja mendapatkan imbalan yang
kemudian dapat dimanfaatkan untuk menambah dan mencukupi kebutuhan
sehari-hari.
Pratiwi Sudamona mengatakan bahwa pria dan wanita adalah “Mitra Sejajar”
dalam menunjang perekonomian keluarga. Dalam konteks pembicaraan
keluarga yang modern, wanita tidak lagi dianggap sebagai mahluk yang
semata-mata tergantung pada penghasilan suaminya, melainkan ikut
membantu berperan dalam meningkatkan penghasilan keluarga untuk satu
pemenuhan kebutuhan keluarga yang semakin bervariasi.
2. Sebagai Pengisi Waktu
Pada zaman sekarang ini hampir semua peralatan rumah tangga memakai
teknologi yang mutakhir, khususnya di kota-kota besar. Sehingga tugas
wanita dalam rumah tangga menjadi lebih mudah dan ringan. Belum lagi
mereka yang menggunakan jasa pramuwisma (pembantu rumah tangga), tentu
saja tugas mereka di rumah akan menjadi sangat berkurang. Hal ini bisa
menyebabkan wanita memiliki waktu luang yang sangat banyak dan
seringkali membosankan. Maka untuk mengisi kekosongan tersebut
diupayakanlah suatu kegiatan yang dapat dijadikan sebagai alat untuk
mengembangkan potensi yang ada dalam diri mereka.
Diungkapkan oleh Abdullah Wakil bahwa kemudahan-kemudahan yang didapat
wanita dalam melakukan tugas rumah tangga, telah menciptakan peluang
bagi mereka untuk leluasa mencari kesibukan diluar rumah, sesuai dengan
bidang keahliannya supaya dapat mengaktualisasikan dirinya di
tengah-tengah masyarakat sebagai wanita yang aktif berkarya.
3. Peningkatan Sumber Daya Manusia
Kemajuan teknologi di segala bidang kehidupan menuntut sumber daya
manusia yang potensial untuk menjalankan teknologi tersebut. Bukan hanya
pria bahka wanitapun dituntut untuk bisa dapat mengimbangi perkembangan
teknologi yang makin kian pesat.
Jenjang pendidikan yang tiada batas bagi wanita telah menjadikan mereka
sebagai sumber daya potensial yang diharapkan dapat mampu berpartisipasi
dan berperan aktif dalam pembangunan, serta dapat berguna bagi
masyarakat, agama, nusa dan bangsanya.
4. Percaya Diri dan Lebih Merawat Penampilan
Biasanya seorang wanita yang tidak aktif di luar rumah akan malas untuk
berhias diri, karena ia merasa tidak diperhatikan dan kurang bermanfaat.
Dengan berkarir, maka wanita merasa dibutuhkan dalam masyarakat
sehingga timbullah kepercayaan diri. Wanita karir akan berusaha untuk
memercantik diri dan penampilannya agar selalu enak dipandang. Tentu hal
ini akan menjadikan kebanggaan tersendiri bagi suaminya, yang melihat
istrinya tampil prima di depan para relasinya.
B. Dampak Negatif
Diantara dampak negatif yang ditimbulkan, antara lain:
1. Terhadap Anak
Seorang wanita karir biasanya pulang ke rumah dalam keadaan lelah
setelah seharian bekerja di luar rumah, hal ini secara psikologis akan
berpengaruh terhadap tingkat kesabaran yang dimilikinya, baik dalam
menghadapi pekerjaan rumah tangga sehari-hari, maupun dalam menghadapi
anak-anaknya. Jika hal itu terjadi maka sang Ibu akan mudah marah dan
berkurang rasa pedulinya terhadap anak. Survey yang dilakukan di
negara-negara Barat menunjukkan bahwa banyak anak kecil yang menjadi
korban kekerasan orangtua yang seharusnya tidak terjadi apabila mereka
memiliki kesabaran yang cukup dalam mendidik anak.
Hal lain yang lebih berbahaya adalah terjerumusnya anak-anak kepada hal
yang negatif, seperti tindak kriminal yang dilakukan sebagai akibat dari
kurangnya kasih sayang yang diberikan orangtua, khususnya Ibu terhadap
anak-anaknya.
2. Terhadap Suami
Di kalangan para suami wanita karir, tidaklah mustahil menjadi suatu
kebanggaan bila mereka memiliki istri yang pandai, aktif, kreatif, dan
maju serta dibutuhkan masyarakat, Namun dilain sisi mereka mempunyai
problem yang rumit dengan istrinya. Mereka juga akan merasa tersaingi
dan tidak terpenuhi hak-haknya sebagai suami. Sebagai contoh, apabila
suatu saat seorang suami memiliki masalah di kantor, tentunya ia
mengharapkan seseorang yang dapat berbagi masalah dengannya, atau
setidaknya ia berharap istrinya akan menyambutnya dengan wajah berseri
sehingga berkuranglah beban yang ada. Hal ini tak akan terwujud apabila
sang istri pun mengalami hal yang sama. Jangankan untuk mengatasi
masalah suaminya, sedangkan masalahnya sendiripun belum tentu dapat
diselesaikannya. Apabila seorang istri tenggelam dalam karirnya, pulang
sangat letih, sementara suaminya di kantor tengah menghadapi masalah dan
ingin menemukan istri di dalam rumah dalam keadaan segar dan
memancarkan senyuman kemesraan, tetapi yang ia dapatkan hanyalah istri
yang cemberut karena kelelahan. Ini akan menjadi masalah yang runyam
dalam keluarga.
Kebanyakan suami yang istrinya berkarir merasa sedih dan sakit hati
apabila istrinya yang berkarir tidak ada di tengah-tengah keluarganya
pada saat keluarganya membutuhkan kehadiran mereka. Juga ada keresahan
pada diri suami, khususnya pasangan-pasangan usia muda karena mereka
selalu menunda kehamilan dan menolak untuk memiliki anak dengan alasan
takut mengganggu karir yang tengah dirintis olehnya.
3. Terhadap Rumah Tangga
Kemungkinan negatif lainnya yang perlu mendapat perhatian dari wanita
karir yaitu rumah tangga. Kegagalan rumah tangga seringkali dikaitkan
dengan kelalaian seorang istri dalam rumah tangga. Hal ini bisa terjadi
apabila istri tidak memiliki keterampilan dalam mengurus rumah tangga,
atau juga terlalu sibuk dalam berkarir, sehingga segala urusan rumah
tangga terbengkalai. Untuk mencapai keberhasilan karirnya, seringkali
wanita menomorduakan tugas sebagai ibu dan istri. Dengan demikian
pertengkaran bahkan perpecahan dalam rumah tangga tidak bisa dihindarkan
lagi.
4. Terhadap Masyarakat
Hal negatif yang ditimbulkan oleh adanya wanita karir tidak hanya
berdampak terhadap keluarga dan rumah tangga, tetapi juga terhadap
masyarakat sekitarnya, seperti hal-hal berikut:
a. Dengan bertambahnya jumlah wanita yang mementingkan karirnya di
berbagai sektor lapangan pekerjaan, secara langsung maupun tidak
langsung telah mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran di
kalangan pria, karena lapangan pekerjaan yagn ada telah diisi oleh
wanita. Sebagai contoh, yang sering kita lihat di pabrik-pabrik.
Perusahaan lebih memilih pekerja dari kalangan wanita ketimbang pria,
karena selain upah yang relatif minim dan murah dari pria, juga karena
wanita tidak terlalu banyak menuntut dan mudah diatur.
b. Kepercayaan diri yang berlebihan dari seorang wanita karir seringkali
menyebabkan mereka terlalu memilih-milih dalam urusan perjodohan. Maka
seringkali kita lihat seorang wanita karir masih hidup melajang pada
usia yang seharusnya dia telah layak untuk berumah tangga bahkan
memiliki keturunan. Selain itu banyak pria yang minder atau enggan untuk
menjadikan wanita karir sebagai istri mereka karena beberapa faktor;
Seperti pendidikan wanita karir dan penghasilannya yang seringkali
membuat pria berpikir dua kali untuk menjadikannya sebagai pendamping
hidup. Sementara itu dilain sisi pria-pria yang menjadi dambaan para
wanita karir ini -kemungkinan karena terlalu tinggi kriterianya- telah
lebih dulu berkeluarga dan membina rumah tangga dengan wanita lain. Hal
inilah mungkin yang menyebabkan timbulnya anggapan dalam masyarakat
bahwa “Semakin tinggi jenjang pendidikan yang dapat diraih oleh wanita
maka semakin sulit pula baginya untuk mendapatkan pendamping hidup.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar