Reuni alumni SMA Negeri 1 Balige pada tahun 1990 adalah momen
lahirnya ide mewujudkan kepedulian terhadap pendidikan secara umum
dan pendidikan generasi muda di Balige khususnya. Putra terbaik bangsa
yang berasal dari Balige sepakat membangun pendidikan di Bona Pasogit
(temapat asal) dengan cara merekrut siswa terbaik dalam akademis dari
setiap SLTP yang berada dalam jajaran wilayah Tapanuli Utara, Dairi,
Tapanuli Selatan, Karo, Kotamadya Sibolga,Tapanuli Tengah untuk
diseleksi dan ditampung dalam satu pusat pendidikan dengan mendirikan
Yayasan Soposurung Balige.
Perjanjian kerjasama Depdikbud
dengan Yayasan Soposurung No.
7184/105/7/91.1 - No. 916/YYS/X/VL tanggal 10 Oktober 1991 adalah cikal
bakal berdirinya SMA Negeri 2 Balige . Depdikbud memberi kewenangan
terhadap Yayasan Soposurung mendirikan asrama siswa dan fasilitas yang
dibutuhkan serta melakukan renovasi terhadap gedung eks-SPG Negeri
Balige dengan lahan seluas 62.845 meter persegi untuk dipergunakan
sebagai fasilitas dari sekolah unit baru yang berdiri atas kerjasama
kedua belah pihak. Sekolah Unit baru yang didirikan pada tahun 1991
tersebut adalah SMA Negeri 3 Balige yang kemudian mengalami perubahan
nama sesuai dengan kebijakan pemerintah menjadi SMU Negeri 3 Balige
selanjutnya berubah nama lagi menjadi SMU Negeri 2 Balige dan sekarang
menjadi SMA Negeri 2 Balige.
Sesuai dengan tujuan yang ditetapkan Yayasan Soposurung yang mengacu
pada peningkatan kualitas pendidikan maka pihak Yayasan Soposurung
Balige merekrut tenaga pengajar dengan mengajukan permohonan kepada
pihak pemerintah untuk menempatkan tenaga guru ekspenerima Tunjangan
Ikatan Dinas (TID) yang berasal berbagai daerah.
Pada tahap awal, perekrutan dilakukan dengan menyeleksi siswa kelas
2 SMA yang berprestasi dari berbagai sekolah yang ada di Kabupaten
Tapanuli Utara saat itu. Selanjutnya sejak pada tahun ajaran 1992/1993
sampai saat ini, SMA Negeri 2 Balige melakukan seleksi siswa baru
dengan dua jalur. Pertama dengan cara menyeleksi Nilai Ebtanas Murni
(NEM), kedua dengan cara tes akademik, tes psikotes,dan tes kesehatan.
Perbedaan cara seleksi ini sebagian salah satu indikasi wujud kerja sama
SMA Negeri 2 Balige dengan Yayasan Soposurung. Siswa yang diterima
dengan jalur Tes yaitu sebanyak 40 orang, oleh Yayasan Soposurung, siswa
tersebut diasramakan selanjutnya di SMA Negeri 2 Balige disebut siswa
asrama.. Sementara siswa yang diterima melalui jalur seleksi NEM
sebanyak 160 orang disebut siswa non asrama. Hak dan kewajiban siswa
asrama dan nonasrama Perlakuan dan penggunaan sarana dan prasarana SMA
Negeri 2 Balige oleh siswa asrama dan non asrama.
Cara perekrutan siswa baru yang dilakukan pada tahun pelajaran 1992/1993 , menjadi metode yang digunakan sampai saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar