Minggu, 03 Februari 2013

Sejarah Sma n 2 balige soposurung

Reuni alumni SMA Negeri 1 Balige pada tahun 1990 adalah momen lahirnya ide mewujudkan kepedulian terhadap pendidikan secara umum dan pendidikan generasi muda di Balige khususnya. Putra terbaik bangsa yang berasal dari Balige sepakat membangun pendidikan di Bona Pasogit (temapat asal) dengan cara merekrut siswa terbaik dalam akademis dari setiap SLTP yang berada dalam jajaran wilayah Tapanuli Utara, Dairi, Tapanuli Selatan, Karo, Kotamadya Sibolga,Tapanuli Tengah untuk diseleksi dan ditampung dalam satu pusat pendidikan dengan mendirikan Yayasan Soposurung Balige.

Perjanjian kerjasama Depdikbud
dengan Yayasan Soposurung No. 7184/105/7/91.1 - No. 916/YYS/X/VL tanggal 10 Oktober 1991 adalah cikal bakal berdirinya SMA Negeri 2 Balige . Depdikbud memberi kewenangan terhadap Yayasan Soposurung mendirikan asrama siswa dan fasilitas yang dibutuhkan serta melakukan renovasi terhadap gedung eks-SPG Negeri Balige dengan lahan seluas 62.845 meter persegi untuk dipergunakan sebagai fasilitas dari sekolah unit baru yang berdiri atas kerjasama kedua belah pihak. Sekolah Unit baru yang didirikan pada tahun 1991 tersebut adalah SMA Negeri 3 Balige yang kemudian mengalami perubahan nama sesuai dengan kebijakan pemerintah menjadi SMU Negeri 3 Balige selanjutnya berubah nama lagi menjadi SMU Negeri 2 Balige dan sekarang menjadi SMA Negeri 2 Balige.


Sesuai dengan tujuan yang ditetapkan Yayasan Soposurung yang mengacu pada peningkatan kualitas pendidikan maka pihak Yayasan Soposurung Balige merekrut tenaga pengajar dengan mengajukan permohonan kepada pihak pemerintah untuk menempatkan tenaga guru ekspenerima Tunjangan Ikatan Dinas (TID) yang berasal berbagai daerah.

Pada tahap awal, perekrutan dilakukan dengan menyeleksi siswa kelas 2 SMA yang berprestasi dari berbagai sekolah yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara saat itu. Selanjutnya sejak pada tahun ajaran 1992/1993 sampai saat ini, SMA Negeri 2 Balige melakukan seleksi siswa baru dengan dua jalur. Pertama dengan cara menyeleksi Nilai Ebtanas Murni (NEM), kedua dengan cara tes akademik, tes psikotes,dan tes kesehatan. Perbedaan cara seleksi ini sebagian salah satu indikasi wujud kerja sama SMA Negeri 2 Balige dengan Yayasan Soposurung. Siswa yang diterima dengan jalur Tes yaitu sebanyak 40 orang, oleh Yayasan Soposurung, siswa tersebut diasramakan selanjutnya di SMA Negeri 2 Balige disebut siswa asrama.. Sementara siswa yang diterima melalui jalur seleksi NEM sebanyak 160 orang disebut siswa non asrama. Hak dan kewajiban siswa asrama dan nonasrama Perlakuan dan penggunaan sarana dan prasarana SMA Negeri 2 Balige oleh siswa asrama dan non asrama.

Cara perekrutan siswa baru yang dilakukan pada tahun pelajaran 1992/1993 , menjadi metode yang digunakan sampai saat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar